Kamis, 16 Agustus 2012

poreper elon

Somehow, I feel in desperate conditions...


Yah, malam ini aku merasa sangat menyedihkan. Merasa sendirian, "hanya" ditemani keluarga.

Tapi rasa sendiri ini mulai benar-benar terasa saat aku lulus dari SMP.

Aku (akhirnya) diterima di SMAN yang ada di kabupaten. SMA ini baru memasuki 2 tahun umurnya (masih status sekolah baru). Tadinya aku sama sekali tidak mau masuk ke SMA ini. Namun aku tidak diterima di SMA yang ada di kota, ya, apaboleh buat. Akhirnya terpaksa aku masuk sini.
Tadinya kupikir, sekolah baru pasti punya sesuatu kelebihan dalam hal apapun yang membuat sekolah ini bakal makin dikenal. Salah. Sama sekali tak ada apapun upaya yang lebih mendorong agar siswa-siswa ataupun sekolah agar lebih dikenal luas. Ekstrakulikuler aja baru ada dua cabang, futsal dan bultang. Itupun sampai sekarang belum jelas kapan dilaksanakannya. Disini aku bingung ingin masuk yang mana. Aku tak jago dikedua cabang itu.
Tadinya kupikir, sekolah baru pasti murid-muridnya berpotensi memiliki pergaulan yang lebih baik. Salah. Sama sekali tak ada yang seperti itu. Setiap hari dikelas, dikantin, dilapangan, atau dimanapun, mereka semua hanya membicarakan pacar, galau, status fb, tidak ada omongan lain selain itu. Beda sekali saat SMP. Banyak sekali pembicaraan-pembicaraan namun tak se-kuno ini-__-. Well, tiap hari, aku hanya mendengarkan mereka tanpa tahu harus menanggapinya bagaimana.

Alhasil, aku menjadi sangat pendiam. Sendirian dalam hal pergaulan.

Aku bingung. Apakah aku tak pandai berbicara ataukah aku juga harus terjerumus kedalam "hal" yang makin membuatku bodoh. Ya aku bodoh. Seandainya aku tak bodoh, mungkin aku sudah mendapatkan teman dekat di SMA yang ada dikota. Pergaulannya lebih luas.
Di SMA tempat aku bersekolah, murid yang tidak berpacaran dianggap gak gaul, dianggap ketinggalan zaman. Disini seperti berlomba-lomba mengumpulkan penggemar dan mantan.

Aku termasuk ketinggalan zaman disini.

Tapi aku tak menyesali kalau kenyataannya, aku (for now)  tidak punya pacar karena memang aku menunggu seseorang yang tepat untuk diriku. Aku hanya menyesali kenapa hal seperti ini dijadikan sebagai kekurangan. Mungkin gara-gara hal ini aku jadi stress. Jujur, sudah beberapa kali aku membolos. Padahal, ketika masih di SMP bolos tak ada dalam pikiranku. Aku hanya berpikir daripada sekolah, belajar masih belum efektif, dan hanya berdiam sendirian di bangku, lebih baik aku bolos saja. Sebenarnya ketika membolos pun, aku masih merasa sendirian. Akhirnya aku sadar. Aku telah kehilangan kelima sahabatku.

Aku sangat merindukan mereka. Baru kali ini aku merasakan amat kehilangan. Padahal semasa SMP masih sekedar rindu biasa. Mereka berlima memang beda dari teman yang lain. Dan baru kali itu juga, aku mendapatkan suatu tali persahabatan yang begitu erat. Namun tali persahabatan itu memudar. Kami masih sahabatan, tapi "tali"-nya itu yang memudar. Kelima sahabatku pasti akan menemukan masing-masing sahabat lagi. Bukannya aku tidak menyukai hal ini, aku senang jika mereka mendapatkan lebih banyak sahabat. Aku hanya tak menyukai jika aku tak mendapatkan sahabat lagi seperti mereka.

Karena aku akan sendiri di masa SMA. Mungkin hanya akan mendapatkan teman, hanya teman.

Aku sekarang jadi jarang bertemu kelima sahabatku. Itu karena kami memiliki kesibukan masing-masing sekarang. Ingin bermain pun ga pasti sama mereka. Mereka juga pasti bermain sama teman-temannya yang di SMA. Atau waktu yang tak tepat, membuat kami susah untuk main bersama. Aku masih belum bisa mengajak teman-teman SMA-ku sendiri.

Seperti malam ini, aku sendirian. Dan besok-besoknya lagi. Sampai pada saatnya aku bertemu dan bermain dengan Kelima+satu cowo sahabatku.




Sampai saat itu tiba, aku akan tetap sendiri. Hanya dengan keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar